On Progress Program Studiohanafi 2018

Share!

_MG_4924

Membuka lembaran baru 2018, di sela pertemuan keluarga besar Studiohanafi dalam rangka pembuatan  mural di Sanur (Bali), 9-12 Januari lalu, kami melaksanakan evaluasi program. Mulai dari menilai, mengukur, memperbincangkan, dan menyusun rencana-rencana program selanjutnya di tahun ini.

Kilas Balik 2017

Sejak didirikan  pada tahun 1999,  Studiohanafi menaruh perhatian utama pada praktik kerja kesenian berbasis riset, ekologi, pendidikan dan budaya. Beberapa program yang  berjalan pada tahun 2017 tidak luput pada pengembangan bidang tersebut, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Sasaran dalam setiap proses kreatif  ditujukan khususnya pada generasi muda sebagai program edukasi, seperti pada program Teater Anak, Belajar Bersama Maestro, Kelas Literasi, Workshop Karya Tiga Dimensi, dan sebagainya.

Sejak tahun 2014, program kerja Studiohanafi berfokus di Tulang Bawang Barat, Lampung. Berbagai program berdasar pada penggalian budaya dan pengembangan komunitas dengan pendekatan ekologi, seperti Residensi Ramadan, Purnama Tugu Rato yang berlangsung setiap bulan dan Festival Tubaba 2017 dengan pertunjukan tari, teater, sastra, musik dan pameran seni rupa.

Selain itu, Studiohanafi bekerjasama dengan berbagai lembaga dalam berbagai pameran dan kegiatan yang mengangkat tema tertentu secara mendalam. Tema-tema seperti sejarah rempah, jiwa,  hingga dialog budaya, kami selenggarakan dengan tetap berpijak pada kerja riset.  Seperti pada pameran tunggal Hanafi “The Maritime Spice Road” sebagai peringatan 350 tahun Traktat Breda, kerjasama KJRI Indonesia di New York, USA, dan Pameran “Fertil, Barakat, Ayom” Budaya Gendongan Bayi, bersama National Museum of Prehistory Taiwan dan Museum Nasional Indonesia, juga karya Hanafi “Perjumpaan Pertama dengan Bahasa” di Jakarta Biennale 2017, dan berbagai program lainnya.

Kerja kesenian lintas disiplin  turut mengisi program Studiohanafi sebagai “rumah proses” bersama.  Tari Ghulur karya Mohammad Hariyanto bersama artistik Hanafi tampil di Hela Tari Salihara menjadi penampilan yang mencengangkan secara gerak, bunyi dan visual. Begitupun dengan pertunjukan “MeRAGA Jam” di Borobudur Writers & Cultural Festival 2017.
Mengkolaborasikan tari, musik, seni rupa, dan yoga di kaki Candi Borobudur bersama Hanafi, Maria Darmaningsih, Nungki Kusumawati, Ni Nyoman Sudewi, Yudhi Widdyantoro, Tony Prabowo dan 20 penari Sanggar Dua Atap, Magelang.

Sastra juga menjadi embrio utama dalam kerja lintas disiplin di Studiohanafi. Pada pameran “Xalisco Performative Exhibition: Juan Preciado” sekaligus artistik panggung pertunjukan, Hanafi merepresentasikan novel karya Juan Rulfo, Pedro Paramo. Membuat satu alternatif, bagaimana membaca novel Juan Ruflo menjadi bentuk visual. Tidak hanya melalui pendekatan cerita novelnya, namun juga dari liku kehidupan Juan Ruflo.

Selain itu, peluncuran kitab puisi “Badrul Mustafa, Badrul Mustafa, Badrul Mustafa” karya Heru Joni Putra yang diawali di Taman Ismail Marzuki menyusul peluncuran di Bandung, Padang, Lombok dan Yogyakarta. Kami bersyukur, Heru Joni Putra terpilih menjadi Tokoh Seni Pilihan Tempo 2017 dalam Kategori Buku Puisi Terbaik.

Sejak awal berdiri, Hanafi dan Adinda Luthvianti memiliki visi bersama menjadikan Studiohanafi sebagai “rumah proses”.

Tempat atau rumah untuk proses nyatanya sangat krusial dibutuhkan seniman/kreator untuk mempersiapkan karyanya. Maka, sejak awal didirikan, Studiohanafi dengan pelan, tapi  melangkah tegas, memilih jalan sebagai tempat proses, atau rumah proses, bagi seniman lintas disiplin

Program 2018

Mengutip ungkapan Chairil Anwar, “Kerja belum selesai, belum apa-apa,” program 2017 yang sudah dikerjakan masih belum selesai dan, tentu saja, belum apa-apa.

Berpijak dalam tema “100 Tahun Harapan-Menuju Kota Multikultural,” yang sudah dimulai tahun lalu, Studiohanafi tetap memfokuskan diri pada berbagai program lintas disiplin seni di Tulang Bawang Barat (Tubaba) bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Tubaba.

Penguatan dan pengembangan lebih mendalam dan meluas dengan melakukan eksplorasi sosial budaya dan inovasi pada proses-proses kerja seni selanjutnya.

Selesai Tari Nenemo, koreografer Hartati akan mengembangkan bentuk Tari Zapin sebagai khazanah tari yang berakar Melayu. Sedangkan musik lebih meluaskan pembelajaran alat musik Q-tik melalui workshop dan pengembangan selanjutnya pada musik syair tentang welas asih.

Pengembangan sastra juga turut diperluas dengan penyusunan buku anak dari para penulis Tubaba dan untuk teater Tubaba dan seni rupa  akan lebih dikuatkan dan dieksplorasi dalam bentuk seni visual yang beragam. Sebagai tambahan, Studiohanafi akan membuka kelas kerajinan dari eceng gondok untuk masyarakat setempat.

Penyelenggaraan Purnama Tugu Rato dan Residensi Ramadhan akan kembali berjalan. Residensi Ramadan kali ini tetap pada pengembangan literasi agama dan lebih lanjut bagaimana mengembangkan sifat Ar Rahman dan Ar Rahim, Pengasih dan Penyayang, welas asih secara luas dan jauh.

Keseluruhan program masih berpijak pada riset, ekologi, pendidikan dan pengembangan seni budaya Tubaba dan mengelola intensitas berkesenian di mana masyarakat menjadi bagian yang selalu aktif dan hadir.

Galeri kertas

Disamping melanjutkan program tahun lalu, tahun 2018 ini Studiohanafi  membangun sebuah “Galeri Kertas” untuk mengakomodir karya yang menggunakan kertas sebagai medium ataupun materialnya. Galeri ini direncakan akan dibuka untuk publik pada pertengahan tahun ini. Selama setahun galeri akan akan diisi berbagai program pameran, diskusi karya antara perupa yang berpengalaman dengan perupa muda, dan juga kesempatan menampilkan karya yang sedang dikerjakan, baik bagi individu ataupun komunitas, sembari mendiskusikan gagasan-gagasan terbaru bagi penciptaan karya seni, tak hanya rupa, tetapi juga visual pada umumnya.

Selanjutnya, rencana pameran kolaboratif antara Hanafi dan Goenawan Mohammad. Selama tahun 2017 lalu, Hanafi dan Goenawan Mohammad  melakukan kerja kolaborasi membuat karya drawing dengan proses yang masih terus berlanjut sampai sekarang. Pameran ini akan diselenggarakan pada pertengahan tahun 2018 ini.

Akhir kata, Studiohanafi berupaya untuk terus bekerja keras seperti akar, membesit dari dalam bumi, tumbuh serupa pohon, dengan harapan bisa bermanfaat oleh orang banyak.

(Ratu Selvi Agnesia)

 

Comments

No comment yet.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *