Mural #Indecisive Hanafi di Salihara
Memasuki Komunitas Salihara, Pasar Minggu, kini kita bisa melihat mural karya Hanafi. Mural ini posisinya berhadapan dengan pintu masuk Teater Salihara. Bila kita masuk ke Salihara, kita melalui café terlebih dahulu, terus ke serambi, dan sedikit menuruni tangga, maka di sebelah kanan kita, akan terlihat mural tersebut.
Pada dinding itu, kita dapat memandang serpihan-serpihan garis, tipis maupun tebal, mengecil ataupun melebar, melentur dan menegang, dengan latar cerah belaka, putih yang tak murni dengan polesan orange yang sengaja menampakkan asal-usul serta jejak instrumennya sendiri.
Sekumpulan garis yang berderai itu tak hadir lewat polesan cat saja. Hanafi justru mengukir bakal garis itu sebelum diberi warna. Nyaris semua garis “ditanamkan” pada dinding itu. Dalam bahasa lain, Hanafi menyebut karya mural ini sebagai “permanent work”. Serpihan demi serpihan garis itu jadi tampak kekal sebagai garis-garis yang tak ingin selesai.
Karya mural tersebut merupakan perpanjangan dari serial #Indecisive yang sudah dipamerankan di Komaneka Gallery, Ubud – Bali, pada Januari 2017 lalu. Selain diperpanjang dalam bentuk mural, sebelum ini serial #Indecisive juga berjalin-kelindan dalam Kitab Puisi Badrul Mustafa Badrul Mustafa Badrul Mustafa (Nuansa Cendekia, 2017) karya Heru Joni Putra.
Dalam serial ini, Hanafi mengeksplorasi garis, tapi sebagai usaha untuk menghindari bentuk. Setiap garis yang pada mula ditorehkannya, bila sudah mendekati atau mengarah pada suatu pola, maka ia akan membatalkan atau menghindarinya menjadi suatu bentuk. Garis-garis yang begitu dieksplorasi dalam serial ini pun dapat disebut sebagai semacam “biang bentuk”, suatu garis yang mengawali kehadiran suatu bentuk, ia mungkin bagian dari suatu bentuk tapi tak dapat dipastikan pada bentuk apa ia akan mengarah.
“Biang bentuk” tersebut diartikulasikan dalam judul serial ini sebagai Indecisive (bimbang). Hanafi memberi gambaran terhadap yang bimbang. Semacam usaha untuk tidak tergesa-gesa mengekalkan apapun, tapi justru memberi jeda untuk meragukan apa yang sudah dimulai, atau semacam usaha kembali ke pangkal jalan sebelum perjalanan berada pada titik sampai, lalu mencari kemungkinan arah lain, suatu usaha untuk tidak ingin cepat selesai.***
Comments
No comment yet.