Membaca tanda Aku, Realitas, Batas dan Kertas

Share!

Catatan Pameran “BA[KER]TAS Oleh Suyatno

Berangkat dari kalimat. Terbatas dan Tak Terbatas atau Batas kertas . Tentu kertas memiliki batas. Batas secara umum yaitu sifat-sifatnya sebagaimana diketahui, rapuh dan penyerap air yang baik. Ataupun batas dalam segi personal yaitu antara kertasnya, isi yang terdapat pada kertas dan bagaimana mengunakan kertas tersebut.

B A T A S K E R T A S

Pada kemungkinan yang sukar di tuliskan maupun yang rumit untuk dijelaskan. Atau lebih dari itu yang mengingatkan aku akan suatu batas-batas lain. Antara lain, makna dan memaknai, patah dan tumbuh, tersurat dan yang tersirat, waktu dan ruang, kasar dan halus, sia-sia dan berarti demikian bahkan antara aku dan diriku (external maupun internal) Batas kertas, kertas yang membatasi atau bahkan batas yang membatasi kertas. Tentu aku sebagai manusia sadar akan batas dan mensepakati keterbatasan ( amen). Namun bagaimana apabila perihal nya mengenai ( K E R T A S ) dan ( B A T A S ) apabila pertanyaan nya mungkinkah jika ada selembar kertas yang ku temui dan karna ia hanya selembar ia membatasi pikiran, idea-idea dan bahkan perasaanku? Mungkinkah aku butuh satu, dua atau bahkan sepuluh ribu lembar kertas lagi guna untuk memenuhi hasrat ku? Sedang saat itu aku belum mampu menjumpai kertas dengan jumlah yang. Demikian.

Mungkinkah akibat terbatasnya kertas, kemudian aku tidak dapat melakukan sesuatu? Dan menyia-nyiakan kertas yang telah kutemui karna dengan bangga “ aku telah berhasil membatasinya“

Atau dengan selembar kertas, aku bisa mendapatkan kertaskertas lain, tentu dengan mencari tahu tata-cara akan hal tersebut dengan mengunakan kertas ini? Yang tentunya dengan adanya kesepakatan antara aku pikiran dan perasaan yang aku kenali dan pahami.

K E R T A S

Begitu banyak artikulasi terhadap kertas, kertas sebagai medium – medium dalam bentuk kertas ataupun kertas sebagai sarana mendapatkan medium. Tentang kertas, kertas terbagi dalam perhitungan beberapa aspek penting yang mempengaruhi pikiran menurutku, antara lain ukuran, ketebalan, warna, gesture, bentuk bahan dan fungsi. Disini aku tidak akan menjelaskan pengertian kertas secara jelas, terstruktur dan rinci sebagaimana metode riset pada umumnya karena terus terang “aku belum mampu pada bidang itu” namun disini aku hanya berusaha untuk menyampaikan halhal yang mungkin telah aku sepakati dan pahami (dalam diri). Sebagaimana kertas yang selama ini telah menerima aku dan diriku. Begitupun sebaliknya.

Kertas bagiku ialah persoalan, kertas bagiku ialah penyelesaian. Sebagaimana putih kain kanvas pada waktu. Kertas bagiku ialah lawan kertas bagiku ialah sahabat, sebagaimana waktu menyikapi ruang. kertas bagiku ialah kehancuran, kertas bagiku ialah keindahan, sebagaimana ruang mempergunakan waktu. sebab aku pikir dalam hidupku begitu banyak realitas yang terdapat pada kertas, seperti halnya akte kelahiran yang terbakar, kartu keluarga, tes menggambar waktu SD, surat-surat cinta, gambar teknik semasa STM, sketsasketsa pinggir jalan, mengejar layang-layang, catatan harian, drawing book, perahu kertas yang tenggelam, tulisan pena dari ibu atau tissue, untuk menghapus air mata.

Dan dengan demikian kata pengantar sekaligus sebagai bahan dasar konsep kerjaku yang dapat aku sampaikan mengenai, Aku, Realitas, Batas dan Kertas. Dan dengan segala kekurangan. Aku sampaikan, maaf dan terimakasih.

KONSEP KERJA

Berangkat dari hal-hal yang sederhana, Aku, berusaha sebagaima mengenali diriku, dan sebagaimana kata pengantar di atas, (Aku, Realitas, Batas dan Kertas) ialah tidak lain, sebagai bahan dasar pemikiran juga acuan perasaan daripada karya. Dan mengenai konsep, konsep dalam karya ini tidaklah serumit yang aku bayangkan dan tidak juga sesulit yang di pikirkan melainkan cukup merefleksi bila dilakukan dan dirasakan. Disini aku mencoba berdialog, menuangkan gagasan dan mengoreskan perasaan. Terhadap kertas

Disini aku mengunakan kertas sebagai medium dan medium sebagai kertas. Atau dengan kata lain disini aku mencoba bertanya terhadap diriku sendiri melalui kertas dan bertanya melalui “kertas” mengenai apa-apa saja tentang diriku.

Terdapat dua atau lebih karya-karya dalam bentuk 2d dan Satu karya mungkin, dalam bentuk 3d. yang dimana proses daripada karya-karya tersebut memiliki definisi-definisi nya sendiri, (bagiku). Yang dimana pada karya dalam bentuk 2d aku mencoba menjawab pertanyaan yang datang nya dari kertas, antara lain “apakah kertas membatasi anda?” atau “anda yang membatasi kertas?” lalu “bagaimana anda mengawal batas-batas itu?” sedang anda tahu bahwa anda terbatas? Dan didalam karya-karya 2d inilah yang ku berikan judul “ belum ada judul “ dengan mengunakan lebih banyak tinta, aku menuangkan gagasan mengenai diriku sendiri, membaca seperti apa diriku dan bagaimana aku menyikapi diri, tubuhku dan pikiranku. Dan dengan katalain didalam karya 2d ini aku mencoba menjadi tinta dan membiarkan kertas menjadi diriku. Maka dengan begitu kiranya aku dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang datangnya dari kertas tersebut, dan melihat diriku dalam kertas, tentu dengan adanya jelas dan batas.

Kemudian mengenai karya dalam bentuk 3d yang aku beri judul “Batas Kertas” khusus dalam karya ini aku mencoba mengunakan “medium sebagai kertas” atau dengan kata lain membiarkan kertas berdiri tidak lagi sebagai kertas. Melainkan sebagai karya yang mandiri. memiliki esensi, maupun mampu menyikapi kontradiksi, ataupun sublimasi – problem yang datang dari luar maupun dari dalam (kertas). Juga berharap dapat merefleksi – merelasasikan dirinya sendiri lebih positif, khususnya terhadap ruang-ruang emosi yang dimiliki. Maka pada karya 3d ini aku tidak akan hadir sebagai juru bicara yang seolah mampu menjelaskan dan berdebat segala macam hal yang dipikirkan “meskipun terkadang, keraguan datang tidak sesuai dengan kenyataan” namun disini aku hanya mencoba menceritakan sedikit dari karya tersebut yaitu, pada hal-hal yang mengusik perasaan.

Karya tersebut terbagi mejadi tiga bagian. Yang dibagian pertama berbentuk kubus ataupun bangun persegi , yang menggambarkan tentang batas dari sebuah ruang yang persisi . (ruang yang terkendali). Dan satu bangun ruang lain ialah bangun kedua, disisi sebelahnya yang tampak lebih kecil namun lebih memiliki argumentasi dan ber- energi yang seolah menjawab akan pertanyaan- pertanyaan baku, yang datang dari bangun ruang pertama dengan caranya sendiri, dengan garis miliknya. dan disini, pada ruang bagian ketiga yang berada dibelakang atau bahkan di depan, sebagaimana perspektif cara kita memandang. tidak lain dan tidak lebih, ia hadir sebagai penanda daripada waktu. Waktu yang menceritakan proses dari pada karya, waktu dalam bentuknya, waktu dalam rupa kenangannya, waktu yang menggambarkan waktu – didalam waktu, maupun hadir sebagai waktu, yang terdapat di dalam ingatan, dari sebuah karya. Demikian. Yang aku dapat ceritakan. Dan dari kedua tata- cara kosep kerja yang berbeda tersebutlah aku mencoba mengumpulkan serpihan jawaban-jawaban dan menemukan lagi pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam experiment pengkaryaan kali ini, yang dimana kini kurangkum menjadi satu kesatuan kalimat, pada dua kata dasar yaitu “batas” dan “kertas” atau “Batas Kertas”

Begitupun, demikian dengan ini kiranya, konsep kerja yang mampu aku sampaikan tampa mengurangi rasa hormat, dengan segala kekurangan, aku sampaikan maaf dan terimakasih.

Comments

No comment yet.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *