[Laporan] Sebuah Kerja Seni Rupa Tubaba
Pertanyaan terbesar ketika berhadapan dengan seni adalah ‘apakah seni masih mampu memberi makna pada manusia dan peradaban’. Ataukah sebaliknya, kitalah yang pada akhirnya memberi makna pada seni terutama ketika berhadapan dengan semua lini perubahan yang sedang terjadi seiring dengan perkembangan teknologi dan pemikiran.Masyarakat, dalam artian kerumunan, memiliki naluri dasar tentang penciptaan dan ritual keseharian. Sementara kampung, dalam hal ini kerumunan yang telah memiliki sistem (adat), ditandai dengan karakter komunal: gotong-royong, kebersamaan dan saling menolong.
Dari sana kembali muncul pertanyaan lanjutan, apakah seni dalam perkembangannya masih mampu memasuki relung dalam masyarakat kampung dimana ini menjadi medan utama jika kita melihat masyarakat Indonesia yang sebagian besarnya adalah masyarakat suburban? Berangkat dari kontekstualisasi seperti ini, mungkin saja kita bisa menjawab hanya seiris bagian dari konstruksi pertanyaan tadi.Hanya saja, masalahnya adalah bagaimana cara dan tindakan yang bisa dikerjakan untuk meniscayakan ini?Mengingat kembali, masyarakat kampung di Tulang Bawang Barat mempunyai budaya yang telah melalui proses hibrid yang panjang dan telah mengalami berbagai macam pelapisan sejarah yang sudah tak ketara luaran dan dalamannya.
Senirupa kemudian hadir di medan dan konteks seperti ini. Bukan untuk meneruskan bangunan sejarah yang samar, alih-alih menghendaki cara-cara yang berbeda untuk memberi sebuah kontribusi pada peradaban yang ‘seolah-olah’ baru itu. Bukan pula berarti bahwa senirupa harus terus melakukan pembaruan, karena pada dasarnya kebaruan adalah hal yang mutlak tak mungkin dilakukan kecuali berangkat dari apa-apa yang telah ada dan terpikirkan. Kebaruan, bisa dikatakan sebagai peminjaman-peminjaman yang kemudian dituturkan dan diwujudkan kembali dengan metode kerja dan proses penciptaan yang sepenuhnya baru. Begitu pun sebaliknya, ia bisa berangkat dari ide yang sepenuhnya baru tetapi meminjam teknik dan metode yang telah ada dan telah dilembagakan secara proposisional dalam ranah senirupa.
Kerja Senirupa Tubaba melibatkan Hanafi (Perupa, lahir di Purworejo 5 Juli 1960) sebagai fasilitator untuk seniman di Tulang Bawang Barat. Hanafi dikenal sebagai seniman kontemporer Indonesia, bersama Endro Rukmono (Lahir di Jogjakarta, 12 November 1959) asistennya, mengajarkan teknik-teknik melukis kepada beberapa seniman di Tulang Bawang Barat. Teknik melukis yang diajarkan banyak tentang mimesis bangunan, alam, figur dan peristiwa.
Hasil karya dari Kerja Senirupa Tubaba ini dipamerkan di Balai Adat Sessat Agung sebagai bagian acara Selamatan Budaya Tulang Bawang Barat.***
catatan pameran
Comments
No comment yet.