studiohanafi.com studiohanafi.com studiohanafi.com
Navigation
  • PROFIL
    • Profil Hanafi
    • Manajemen
    • Kontak
  • GALERIKERTAS
    • Aktivitas Galerikertas
    • Catatan Pameran
    • Artikel Galerikertas
    • Katalog Galerikertas
  • RUANG
    • Artspace
    • Perpustakaan
  • AKTIVITAS
    • Aktivitas Hanafi
      • Tubaba
    • Aktivitas Artspace
    • Aktivitas Perpustakaan
  • KOLABORASI
    • Tubaba
    • Vida Festival 2018
  • ULASAN

[Kunjungan] Menuju 100 Tahun Juan Rulfo

Share!

59shares

20170114_120556

Dokumentasi: Studio Hanafi

“….Kau akan mendengar suara dari memori-memoriku jauh lebih baik dari suara kematianku – itu pun jika kematian memang memiliki suara” itulah salah satu kutipan dari kumpulan cerpen “Pedro Paramo” karya sastrawan Mexico, Juan Rulfo (1918-1986).

Pada minggu pagi, 15 Januari 2016, perbincangan tentang Juan Rulfo menjadi tema utama di Studio Hanafi. Ines Somellera, seniman asal Mexico yangjuga berprofesi sebagai guru yoga berkunjung ke Studio Hanafi. Kedatangganya didampingi Felia Salim dari Empu Sendok Arts Station (ESAS) dan Desi Harahap, videograper. Kedatangan ketiga perempuan berambut pendek ini bertujuan untuk berdiskusi sekaligus mendokumentasikan work in progress Hanafi.

Menuju 100 tahun sastrawan Juan Rulfo, Hanafi mendapatkan kepercayaan sebagai scenografer untuk meng-alih wahana-kan karya Juan Rulfo terutama dalam karya “Pedro Paramo”. Peringatan 100 tahun Juan Rulfo rencananya akan diselenggarakan di perhelatan Biennale Sastra-Komunitas Salihara pada Oktober 2017 mendatang. Selain di Indonesia, 100 tahun Juan Rulfo juga akan berlangsung di beberapa negara lain.

20170114_114056

Karya Pedro Paramo (1955) adalah novel pertama sekaligus terakhir Juan Rulfo, ia memberikan batas tipis antara dunia realitas dan dunia para arwah di sebuah  tempat bernama Calamo.

Demi menunaikan amanat  menjelang maut menggapai ibunya, Juan Preciado meniti perjalanan  mencari ayahnya, Pedro Paramo di Calamo. Dan disini lah kehidupan tidak pernah benar-benar punah. Yang hidup masih tinggal dan menetap di tempat sama ketika ajal menjemput mereka. Dialog-dialog tentang makna sebuah keluarga, atmosfer kota yang miskin,  harapan,  hingga revolusi dan keruntuhan sebuah rezim tersaji dengan lontaran kata yang  memantik imajinasi pembaca.

Inilah realisme  magis yang diusung Juan Rulfo di Pedro Paramo. Sepanjang hidupnya, Juan Rulfo hanya menghasilkan dua karya sastra, yaitu kumpulan cerpen El llano en llamas atau The Burning Plain and Other Stories (1953) dan novel Pedro Paramo (1955). Dan selama lebih dari 30 menit, perbincangan antara Hanafi dan tamunya berkutat antara realisme magis, pun karya-karya sastrawan Amerika Latin seperti Jorge Luis Borges, Gabriel Garcia Marquez, Isabelle Allende  dibahas lebih mendalam karena memiliki kesamaan mendedahkan karya sastra beraliran realisme magis.

20170114_131742

Hanafi juga menunjukan belasan sketsa dalam menafsirkan karya Juan Rulfo terutama Pedro Paramo. Ines lebih memperhatikan pada simbol-simbol yang diusung Hanafi seperti dinding, ranjang, sayap hingga malaikat.

Berulang kali ia berkomentar “I think this is so inspirited… atau that’s so beautiful” ucapnya dengan gaya bahasa tubuh yang ekspresif khas orang Mexico.

“Saya tidak ingin  menawarkan sesuatu yang aneh-aneh, wajar, tapi benda itu hidup” ungkap Hanafi. Sedangkan menyoal ruang, Hanafi ingin merefleksikan ruang yang tidak lagi tempat, ruang yang tidak lagi kemungkinan. “Tidak ada di sana, bukan berati hilang” tegasnya.

Hanafi yang juga terinspirasi oleh Antonin Tapies, pelukis asal Spanyol mengungkapkan cara kerjanya yang selalu berlandaskan keseriusan. Itu yang paling penting baginya.

“Saya akan mendapat apa atau kehilangan apa, itu nanti, yang jelas ini sebuah proses. Proses untuk satu jembatan yang akan kita tuju nanti” tutur seniman yang mendefiniskan abstrak sebagai proses mengintisarikan.

Akhirnya, visual yang dia wujudkan dalam bentuk sketsa-sketsa untuk scenografinya tidak hanya berpijak pada visual, tapi baginya yang terpenting adalah “Cara berpikir” dalam menafsirkan Juan Rulfo. Dan, proses penafsiran ini masih panjang hingga panggung Juan Rulfo dapat kita saksikan. (RSA)

January 18, 2017 / Hanafi / Tags: #100 tahun juan rulfo, #biennale salihara, #juan rulfo, #pedro paramo, #realisme magis, #scenografer juan rulfo, hanafi
Like this post!

Related Posts

[berita] Belajar Seni Rupa Bersama Maestro Perupa Hanafi
Read More
[Berita] Kala Rumpang, Perspektif Hanafi Menyikapi Pandemi-yogyapos.com
Read More
[Berita] Menikmati Pameran Lukisan dengan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi-RMco.id
Read More
[Press Release] Kolaborasi Hanafi dan Goenawan Mohamad
Read More
[Berita] Ilustrasi Lukisan Hanafi di Cerpen “Rumah-Rumah Nayla” karya Djenar Mahesa Ayu. Kompas, 24 Desember 2017.
Read More
[Berita] Penampakan Penerapan Protokol Kesehatan di Pameran Seni-vlix.id

Comments

No comment yet.

Cancel reply
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Next Post
  • Previous Post

Kategori

  • Aktifitas Galeri (63)
    • Aktifitas Galeri (41)
  • Artikel Galeri (28)
  • Artspace (44)
  • Catatan Pameran (50)
  • Galerikertas (70)
  • Hanafi (112)
  • Katalog Galerikertas (16)
  • Kolaborasi Tubaba (38)
  • Kolaborasi Vida (3)
  • Perpustakaan (16)
  • Ulasan (183)
  • Uncategorized (9)

Archives

Artikel Terbaru

  • Katalog Pameran “QYVProspectrum” November 25, 2020
  • Katalog Pameran Irawan Karseno “Melukis dari dalam Kereta” November 20, 2020
  • Katalog Pameran Isolasi 5 Perupa November 20, 2020
  • [Berita] Arena Isolasi 5 Perupa Muda-JawaPos.com November 19, 2020
  • [Berita] galerikertas Gelar Pameran Perupa Pilihan Irawan Karseno-detikHot November 19, 2020
  • [Berita] Jangan Sampai Kelewatan, Galeri Kertas Gelar Pameran Baru Bertajuk “Isolasi 5 Perupa”-getlost.id November 19, 2020
  • [Berita] Kala Rumpang, Perspektif Hanafi Menyikapi Pandemi-yogyapos.com November 19, 2020
Load More...Follow on Instagram
Copyright © studiohanafi 2021