studiohanafi.com studiohanafi.com studiohanafi.com
Navigation
  • PROFIL
    • Profil Hanafi
    • Manajemen
    • Kontak
  • GALERIKERTAS
    • Aktivitas Galerikertas
    • Catatan Pameran
    • Artikel Galerikertas
    • Katalog Galerikertas
  • RUANG
    • Artspace
    • Perpustakaan
  • AKTIVITAS
    • Aktivitas Hanafi
      • Tubaba
    • Aktivitas Artspace
    • Aktivitas Perpustakaan
  • KOLABORASI
    • Tubaba
    • Vida Festival 2018
  • ULASAN

[Catatan] Belajar Bersama Maestro 20-24 Juli 2017

Share!

37shares

1

Menjelang akhir pembelajaran proses belajar mengajar bersama maestro di Studiohanafi, para peserta lebih fokus untuk mematangkan konsep karya dan melukiskannya di atas kanvas.

Pada Kamis, 20 Juli 2017, Hanafi bersama Heru Joni Putra sebagai asisten, kembali membedah setiap konsep karya yang dituliskan peserta.

Menurut Hanafi, di kesenian khususnya seni rupa tidak cukup dengan kepintaran untuk melukis, namun penting untuk dapat mewacanakan tema serta konsep lukisan tersebut.

Konsep dapat diawali dengan memuncukan landasan pertanyaan-pertanyaan yang diamati dari lingkungan sekitar. Konsep juga menjadi penting  bagi seorang pelukis. Seorang pelukis tidak hanya berkarya untuk dirinya namun juga memberikan pertanggungjawaban pada publik. Setelah para peserta mematangkan konsep dan menuliskannya, mereka mulai melukis dalam waktu 2 hari di studio hingga larut malam.

Pada 21 Juli 2017, Semi Ikra Anggara menyampaikan materi terakhir tentang dramaturgi dan kaitannya dengan artistik panggung teater.  Ia memulai materinya dengan mengkilas balik sejarah teater melalui dramaturgi Aristotelian.

Pada buku yang berjudul “De Poetica”, Aristoteles mengajukan wacana dengan apa yang disebut “Puisi” yang dalam hal ini meliputi drama tragedi, komedi dan satir. Pada dramaturgi Aristotelian tersebut, pertunjukan selalu di mulai dengan eksposisi, konflik dan terakhir resolusi.

“Seorang sutradara dan penata artistik harus mampu memvisualkannya dalam bentuk rupa. “seni rupa dalam teater harus mampu bekerjasama” jelas Semi.

Selanjutnya, ia memutarkan 1 film dan 2 pertunjukan teater  untuk memperjelas pemahaman peserta tentang visual artistik yang berkaitan erat dengan seni rupa. Pada pertunjukan teater “Mainan Gelas” karya Tennessee William sebagai sebuah pertunjukan realis yang mengkritisi tentang kehancuran esensi keluarga di Amerika, Semi meminta para peserta melihat detail-detail artistik, bahkan hingga properti gelas, jam dan kostum untuk mendapatkan ketepatan visual panggung.

“Visual artistik bisa dibuat dengan latar belakang teks dan melihat konteks ruang dan waktu “ tuturnya.

Selanjutnya, ia memutarkan video berjudul “Inferno” karya Romeo Castellucci, sutradara Italia yang sangat dikenal dengan gagasan pertunjukan teater kontemporer yang seringkali mengejutkan.

Pertunjukan Inferno yang dipentaskan pada perhelatan Arte France, Le Festival d’Avignon di  sebuah gedung tua, memang menawarkan visual yang kaya dengan seni rupa dan simbol-simbol. Seperti bentangan kain putih yang menutupi ratusan penonton. Menariknya, bagaimana visual kain tersebut mampu menjadi salah satau media interaksi pada penonton.

Usai Semi menyampaikan pembahasan melalui pengalaman menonton pertunjukan teater secara langsung.  Proses belajar mengajar selanjutnya beralih pada presentasi karya setiap peserta. Mereka adalah: Fathia Salma Ramadhani (SMAN 12 Tangerang), Candra Krida Mustika (SMAN 1 Banjarnegara), Divatantri Amelia (SMAN 5 Bogor), Nanda Ghufira (SMAN 1 Gadingrejo-Lampung), Rifa Nabilah Putri (SMA Al Kautsar Bandarlampung), Febri V Sitanggang (SMAN 1 Pangururan-Sumut), Arsilen (SMKN 1 Payakumbuh-Sumbar), Kharisma Ratu Syafana (SMA Negeri 1 Wonosobo), Marcella Citra Amaranggana Larasati (SMA 10 Yogyakarta), Deny Maulana (SMK Tunas Bangsa Mijen Demak), Nurul Ahsani Alfiah (SMA Negeri Jawa Tengah Pati), Asa Nor Faricha (SMA Negeri 1 Rembang), Angelina Fajri Intan Sari (SMA Negeri 1 Kendal), Amalia Dwi Ratna (SMK Umar Fatah Rembang), Muhamad Kelana (SMK Negeri Jawa Tengah), Diana Novitasari (SMAN 1 Gresik), Maulana Amar Salim (SMK Negeri 9 Surakarta), Ricky Ibra Aghari Muin (SMAN 1 Balikpapan-Kaltim), Amanda Shafa Kirana (SMAN 1 Tanjung Selor) dan Rima Pratiwi (SMA NEgeri 1 Model Pinrang-Sulsel).

Setiap peserta menjelaskan konsep lukisannya, material yang digunakan dan pesan yang ingin disampaikan dari lukisan tersebut. Hanafi turut memberikan tanggapan pada setiap masing-masing karya, selain juga membuka 5 pertanyaan dari peserta terhadap hasil karya kawan-kawannya.

4

“Refleksi Diri”, karya Amanda Shafa Kirana dari SMAN 1 Tanjung Selor, Kalimantan Utara mengutarakan konsep tentang bayangan sebagai refleksi diri. Sepasang sepatu menggantung di atas bayangan. Sepatu menjadi simbol dari banyaknya langkah yang telah kita ambil dalam hidup dan refleksi paling sempurna di dunia adalah bayangan.

Hanafi mengomentari lukisan sepatu yang menjadi salah satu simbol yang kuat. Tambalan-tambalan sepatu tersebut dapat diidiomkan sebagai banyaknya luka namun banyak pula tambalan untuk menutupi luka itu. Dan kita sebagai manusia harus tetap terus bergerak jika menginginkan tujuan hidup kita, meskipun perlu sejenak berhenti untuk melakukan refleksi dari bayangan diri.

Akhirnya, Shafa menutup konsep presentasinya dengan sepenggal kalimat puitik, “Sebab selama hidup, kita terlalu sibuk mencari jati diri padahal yang sebenarnya kita lakukan adalah menentukan jati diri”.

1 (1)

Selanjutnya, Kharisma Ratu Syafana menyampaikan presentasi lukisannya berjudul, “Kekosongan”.  Lukisan 3 jendela yang memperistiwakan pukul 3 pagi. Ia mengkilas balik kisah masa kecilnya, ketika sang ayah selalu pergi subuh untuk bekerja dan baru kembali setelah waktu yang lama.

Ia selalu terbangun dini hari unutk menemani ibunya menyiapkan bekal bagi ayahnya, selanjutnya ketika sang ayah pergi, ia  selalu melihat kepergian ayahnya dari jendela tersebut dan memberikan lambaian perpisahan yang dibalas dengan tatapan dan lambaian kerinduan oleh sang ayah.

”Dengan mata yang masih ingin menjelajah di mimpi, kuantar dirinya. Kubuat matanya melihat diriku. Matanya bukan sebagai pandang yang mengucap perpisahan di pagi hari. Mata itu, meminta energi dari kami. Kau tahu? Energi sebuah keluarga”. ungkap Ratu mengakhiri presentasinya.

Hanafi memberikan tanggapan dengan menyoroti ruang dalam lukisan  yang sudah mewakili ruang yang kosong namun memiliki energi. “Kosong itu artinya ada” ungkapnya. Hanafi juga mengapresiasi warna yang digunakan Ratu untuk mewakili perasaan kekosongan.

12

Presentasi selanjutnya dibawakan oleh Muhamad Kelana dari SMK Negeri Jawa Tengah. Ia memberi judul lukisannya, “Ingin Merasakan Kebebasan”. Lukisan ini merupakan pengalaman pribadi Kelana kurang lebih dua tahun hidup di asrama yang jauh dari rumah, keluarga dan dunia luar.

Lukisannya menggambarkan seorang anak dengan kaos merah yang menatap dunia luar dari balik jendela. Hanya terlihat punggung anak itu dan ekspresi menunggu akan kehidupan yang lebih bebas.

“Aku sering berangan-angan ingin merasakan dunia luar yang katanya bisa bebas melakukan apa saja yang mereka inginkan dan menghirup udara segar alam sekitar. Aku bagaikan dalam kurungan penjara yang tidak bisa keluar masuk seenaknya. Aku hanya bisa melihat dunia luar dari jendela yang tertutup rapat kokohnya tembok yang berdiri tegap, dan pagar besi yang berkarat karena termakan usia”. tuturnya ketika mengisahkan konsep lukisannya.

Meskipun merasakan kehidupan di asrama yang tertutup, namun ia mengakui tetap selalu bersyukur dengan apa yang telah Tuhan berikan kepadanya.

6

Pada 22 Juli 2017, anak-anak melakukan aktivitas belajar di luar kelas dengan kunjungan ke Museum Kepresidenan RI Balai Kirti di Istana Bogor. Di dalamnya terdapat berbagai informasi 6 presiden RI dari era Soekarno hingga Susilo Bambang Yudhoyono. Di lantai 1 terdapat patung presiden, proklamasi, undang-undang dan potret-potret presiden. Di lantai 2 terdapat ruangan presiden.

Setiap ruangan menampilkan foto, video dan atribut-atribut yang identik dengan biografi presiden selama masa pemerintahan. Kunjungan ini berakhir dengan acara bebas untuk para peserta berjalan-jalan dan menikmati keindahan kebun raya Bogor.

Pameran Seni Rupa BBM berjuluk, “Kajian, Konsep dan Eksperimen” berlangsung pada Minggu, 23 Juli 2017, di ruang tengah studiohanafi. Lukisan-lukisan yang ditampilkan terdiri dari 2 lukisan dari setiap masing-masing peserta dan ada pula lukisan hasil kelompok. Tema tentang personal, keluarga, kebudayaan dan masyarakat mereka tampilkan dalam pameran tersebut.

Hanafi berharap, setelah program ini para peserta diharapkan tak berhenti berproses, mengkaji kondisi sosial, membangun konsep karya, dan melakukan eksperimen demi eksperimen untuk karya yang lebih baik. Pameran ini merupakan sebuah langkah awal untuk proses berkeseniannya mereka ke depan.

3

Selain pameran, Studiohanafi menyelenggarakan acara perpisahan untuk anak-anak. Acara berlangsung sejak pukul 19.00 Wib di pelataran Studiohanafi dengan menampilkan musik dari Cendrawasih Band yang membawakan beberapa lagu populer. Anak-anak juga turut memberikan lantunan suara emasnya dan terlibat dengan menyanyi bersama diiringi gitar.  Mereka juga menyiapkan makanan dengan bakar jagung, sosis dan sate untuk disantap bersama.

4

Kemeriahan acara perpisahan ini juga diisi dengan penampilan beberapa tari tradisional dari Teater Anak Studio Hanafi. Mereka membawakan beberapa tari kreasi tradisional dari Sunda, Aceh, Minang dan berbagai daerah lainnya.

Sedangkan Dwinanda Agung Kristianto dari komunitas Padjak dan Semi Ikra Anggara menampilkan pertunjukan performance art. Nanda melakukan performance berjuluk “jepret” . Nanda menjepretkan karet-karet yang dicampur dengan tepung ke sebuah wadah berisi air.  Sasarannya seringkali tepat namun juga beberapa meleset.

7 dwinanda

Nanda berhasil  mengajak penonton berpartisipasi dan membuat penonton turut mencoba menjepretkan karet ke wadah air. Sedangkan Semi membiarkan tubuhnya terlentang di salah satu instalasi Hanafi dan mempersilahkan penonton untuk menetesi tubuhnya dengan lilin.

Atmosfer kebersamaan terasa hangat sekaligus mengharukan di malam perpisahan tersebut. Para peserta yang berasal dari berbagai budaya, belajar bersama, saling beradaptasi dan belajar juga berkarya bersama. Beberapa dari mereka saling berpelukan dan berurai air mata. Acara perpisahan ini baru berakhir menjelang dini hari dan mereka masih tetap melanjutkan kebersamaan sembari mengemasi barang-barang untuk kepulangan esok.

5 perpisahan

Selama waktu 2 minggu program belajar bersama maestro. Seluruh peserta memberikan apresiasi pribadi terhadap berjalannya program. Salah satunya Rima Pratiwi yang berasal dari SMAN 1 Pingrang Sulawesi Selatan. Ia merasa sangat bersyukur dapat belajar dan serumah langsung dengan maestro.

“Jadi kita bisa memiliki waktu untuk berkonsentrasi lebih lama dan juga saya sangat senang bertemu dengan para calon seniman dari provinsi yang berbeda”. ujarnya. Secara pribadi  ia melihat Hanafi sebagai sosok sederhana namun berkelas. “Berkelas dalam artian,  Pak Hanafi bisa menggoreskan satu garis namun bisa menghasilkan beribu makna”

8

Ekspetasi awal Rima dengan mengikuti kegiatan ini adalah dapat belajar seni rupa sesuai dengan  aliran sang maestro tetapi ternyata para peserta diberikan kebebasan dalam menentukan konsep.

Seperti pada lukisannya  yang berjudul “Masa”. Rima melukiskan sebuah pintu dengan gagang pintu yang terlihat lebih menonjol. Gagang tua pada pintu hijau besar seakan ingin bercerita tentang masa lalu yang tak tahu pastinya. Terlihat sangat berarti dan mendalam seperti sebuah misteri. Gagang tersebut bukan hanya menjadi penghubung ruang yang satu dengan ruang yang lainnya tapi juga menjadi penghubung antara masa lalu dengan masa kini.

2 minggu baginya masih terasa tidak cukup dan bila ia diberi waktu lebih lama, Rima berharap ingin belajar untuk membuat konsep yang baik dan juga belajar sastra maupun teater, selain ingin belajar aliran realisme dengan baik. Harapan ke depannya setelah program ini adalah membuat suatu workshop di daerahnya, sehingga orang-orang di daerahnya tersebut tertarik untuk belajar kegiatan-kegiatan  seni

Peserta lain seperti Kharisma Ratu Syafana, merasakan bahwa kegiatan yang telah dilalui dirinya dan teman-temannya memang sangat bermanfaat.

“Kita akan menemukan poin-poin bahwa kita melakukan suatu proses dan disitu harus kita lalui seluruhnya” ungkapnya.

Ia teringat ketika pertama kali memilih Hanafi sebagai gurunya, hanya berawal dari deretan foto. Dengan sedikit romantis, ia menceritakan ketika pertama kali melihat foto Hanafi terasa sebagai cinta pada pandangan pertama pada pak Hanafi dan menurutnya rasa cinta tidak butuh suatu alasan. Dan cinta itu ternyata terbukti, Hanafi hanya menceritakan studiohanafi dengan apa adanya.

“Justru dengan apa adanya ini kita merasa puas dan senang, kita tidak diberi harapan-harapan palsu”.

Belajar di studiohanafi baginya terasa di rumah dengan konsep sebagai sebuah keluarga. Dia merasa memiliki ayah dan ibu baru sebagai orang yang memberikan pendidikan pada seluruh anak-anaknya.

“Kita semua berproses dan di rumah ini, di studiohanafi ini proses saya dan teman-teman menjadi lebih cepat, harapan saya ke depannya, proses itu tetap berjalan dan tidak melambat lagi dan saya dengan teman-teman pulang ke daerah masing-masing  dan semoga dapat mempercepat proses berkesenian kami”

Ungkapan Ratu, hampir senada dengan Amanda Shafa Kirana. Melalui program BBM ini, semua ilmu yang dipelajari bisa diterapkan dengan baik dalam kehidupan sehari-hari dan bisa menjadi bekal untuk kehidupan seluruh peserta di masa depan.

DSCF1457

Esok paginya, 24 Juli 2017, bus Kemdikbud siap menjemput kepulangan. Mereka kembali menyeret koper dan membawa tas seperti peristiwa di hari pertama. Berpamitan dan saling berpelukan dengan seluruh tim pelaksana BBM Studiohanafi. Mengiringi kepulangan anak-anak, Hanafi berbicara pelan, “Kalau dunia tidak memiliki perpisahan, kita tidak akan mengenal kata menangis”.

Sampai jumpa adik-adik. Sampai bertemu kembali di studiohanafi dalam proses berkesenian selanjutnya. *Ratu Selvi Agnesia

July 29, 2017 / Artspace / Tags: #belajarbersama maestro, #kemdikbud
Like this post!

Related Posts

Read More
[berita] Belajar Bersama Maestro Hanafi di Studiohanafi: Mengenal Seni Lebih Dekat

Comments

No comment yet.

Cancel reply
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Next Post
  • Previous Post

Kategori

  • Aktifitas Galeri (63)
    • Aktifitas Galeri (41)
  • Artikel Galeri (28)
  • Artspace (44)
  • Catatan Pameran (50)
  • Galerikertas (70)
  • Hanafi (112)
  • Katalog Galerikertas (16)
  • Kolaborasi Tubaba (38)
  • Kolaborasi Vida (3)
  • Perpustakaan (16)
  • Ulasan (183)
  • Uncategorized (9)

Archives

Artikel Terbaru

  • Katalog Pameran “QYVProspectrum” November 25, 2020
  • Katalog Pameran Irawan Karseno “Melukis dari dalam Kereta” November 20, 2020
  • Katalog Pameran Isolasi 5 Perupa November 20, 2020
  • [Berita] Arena Isolasi 5 Perupa Muda-JawaPos.com November 19, 2020
  • [Berita] galerikertas Gelar Pameran Perupa Pilihan Irawan Karseno-detikHot November 19, 2020
  • [Berita] Jangan Sampai Kelewatan, Galeri Kertas Gelar Pameran Baru Bertajuk “Isolasi 5 Perupa”-getlost.id November 19, 2020
  • [Berita] Kala Rumpang, Perspektif Hanafi Menyikapi Pandemi-yogyapos.com November 19, 2020
Load More...Follow on Instagram
Copyright © studiohanafi 2021