[Berita] Membicarakan Seni Rupa dan Keterbatasan-JawaPos.com
JawaPos.com – Seni rupa dan keterbatasan menjadi perbincangan hangat dalam pembukaan pameran 60 Tahun dalam Studio karya Hanafi di Galeri Kertas. Diskusi pembuka pameran yang berlangsung hingga 5 Agustus 2020 itu menghadirkan Agung Hujatnikajennong, Tommy Christomy, dan Hanafi sebagai narasumber dengan moderator Heru Joni Putra. Diskusi itu disajikan daring melalui kanal Galerikertas Art di Youtube.
’’Dalam sejarah penciptaannya, seni selalu dekat dengan keterbatasan,’’ kata Heru membuka diskusi. Menurutnya, konteks keterbatasan dalam diskusi tersebut merujuk pada situasi pandemi Covid-19 kini. Heru menambahkan, keterbatasan seiring wabah mau tak mau harus dihadapi. Dan faktanya keterbatasan-keterbatasan yang terjadi justru seringkali mendorong manusia untuk melampauinya.
Senada dengan Heru, Tommy Christomy menyebut keterbatasan dalam seni dapat dilihat dari dua sisi. Menurutnya, dalam konteks material tentu saja seni rupa terbatas pada banyak hal. Keterbatasan pada soal teknik dan media adalah beberapa di antaranya. Namun, Tommy menyebut di sisi lain keterbatasan justru seringkali menjadi pintu masuk bagi seorang seniman untuk hadir ke dalam dunia ide yang tak terbatas. ’’Yang disebut keterbatasan itu membuka pintu lain. Sebetulnya ada keterbukaan ke ruang yang lebih luas,’’ katanya.
Sementara itu, Agung mencatat keterbatasan yang muncul akibat pandemi punya dampak bagi ruang-ruang seni di medan seni rupa. Merujuk pada sebuah webinar yang diikutinya, Agung menyebut penyajian karya di jalur daring dianggap lebih baik oleh para kolektor muda. Keterbukaan harga sebuah karya dianggap lebih jelas saat karya seni rupa dipamerkan online. Namun, Agung menyebut ruang daring sesungguhnya tak pernah bisa benar-benar menggantikan pameran luring.
Agung menyebut sebuah pameran di ruang fisik tidak hanya berkutat pada soal memasang, melihat, membicarakan, dan membeli karya. Sebuah pameran selalu menawarkan perjumpaan-perjumpaan secara langsung antara satu manusia dengan manusia lainnya. Baik itu pertemuan sesama apresiator, antara seniman dengan apresiator baik itu kolektor atau penonton, dan lain-lain. Interaksi semacam itu mustahil terjadi di ruang daring sementara hal itu punya pengaruh besar bagi medan seni rupa. ’’Meminjam istilah agama, ada unsur habluminannas dalam pameran luring yang sulit tergantikan di ruang daring,’’ katanya.
Bagi Hanafi, keterbatasan penciptaan dan presentasi seni rupa yang terjadi seiring pandemi seringkali dilekatkan dari sisi penonton saja. Berubahnya cara menikmati sebuah karya dari yang harus datang ke galeri atau museum berganti dengan cukup dari rumah saja, keterbukaan informasi harga sebuah karya, hingga bagaimana penonton kehilangan ruang swafoto adalah beberapa persoalan di sekitar pameran daring. Dari sisi kreator, keterbatasan justru memberi perluasan. ’’Sebagai pelukis saya membutuhkan energi ruang dalam presentasi dan hal itu sekarang berubah,’’ katanya. (tir)
https://www.jawapos.com/art-space/seni-rupa/05/07/2020/membicarakan-seni-rupa-dan-keterbatasan
Comments
No comment yet.